Jumat, 22 Maret 2013

Yogya Untuk Kesekian #1

Kamis 7 Maret 2013 
Peluit panjang ditiupkan tanda kereta dijalur3 ini akan segera berangkat Bogowonto 112L ekonomi ac yang kudapatkan dua minggu lalu melalui program PT KAI cukup Rp.50.000 saja yang kubayarkan dari harga normal Rp.200.000.

Berkali kali petugas memanggil para penumpang agar memasuki peron 3 distasiun senen ini. Dan aku masuk tepat pukul 18.15,15 menit sebelum kereta ini masuk di jalur 3 Stasiun Senen. Sambil menunggu Bogowonto kududuk di pnggiran sekilas kulihat seorang pria mirip dengan Candra berkali-kali kupandangi ah memang bukan dia hanya mirip sebuah kemiripan  yang melemparkanku pada 7tahun silam teringat akan 1laut 7pantai..hush..hush..jangan kebanyakan ngobrol  dia.

Mendapat kursi digerbong kedua pertanyaanku adalah duduk dengan siapakah aku nanti. 19A kursiku untuk menjalani perjalanan PSE-WT seorang diri menikmati perjalanan yang beratus kilometer. Tepat pukul 18.40 kereta pun bergerak perlahan meninggalkan stasiun senen. Kulihat waktu menunjukkan pukul 22.00 dan Bogowonto ini sudah memasuki Stasiun Cirebon.

Andro pun memanggil-manggil untuk dicharge. 'mesincharge' yang ada pun kugunakan untuk mencharge siAndro selepas mencharge obrolan kecilpun terjadi dengan mbak-mbak sampingku..seorang wanita yang usianya ternyata sepantar dengan adikku. Smartphone dia pun haus minta dicharge kutawarkan saja setelah aku mencharge dan dia setuju.
Tak lama ibu didepanku juga mencharge melalui PB hasil pinjaman dari seseorang hahahhaha... 

Kereta terus berjalan obrolan pekerjaan mnjadi topik hangat..entah kenapa perutku mendadak lapar bukan karena penjual nasi goreng yg bolak balik tapi memang seingatku aku makan pukul 08.00 pagi dan saat ini aku sungguh lapar. Dan aku makan secukupnya dari bekal yang kumiliki. Sungguh Bogowonto ini tidak bersahabat kursinya..terasa tak mnjadi sandaran empuk akibat aktivitasku yang padat hari ini..bagaimana tidak selepas karyawisata di Ancol aku sambung dengan busway menuju senen..dan duduk di  bangku bogowonto ini.


Malam semakin larut kulirik skitarku mulai tidur.Sebrangku  dua oranga laki laki sudah tidur sempurna di kolong kursi kereta dan lorong perbatasan pintu gerbong dengan selimut dan bantal hasi sewa mereka..ochhh sayang sekali bangku mereka kosong lamunanku membayangkan tidur di kursi tersebut legaaaaa...
Akhirnya aku tertidur pulas dan tak lama badan ini terasa begitu dingin oh tidakkkk ternyata ac nya membuatku menggigil. kukeluarkan kain andalanku.kubagi dua bersama mbak disebelahku yang menggigil juga.

03.00 kereta mulai memasuki Kebumen aku rindu kota ini.
03.36 tepat akhirnya sampai kota tujuan Wates..
Udara dingin menyeruak dengan sempurna menempa wajah yang penuh lelah ini ada dingin tak terkendali tapi kesegaran ini mengalahkan segalanya. pakde pun sudah menjemput kulambaikan tangan pada Bogowonto 112L entah aku blm bisa bersahabat dengan kursimu.Sesampainya dirumah pakdeku dan sepupuku dari bapakku apalagi yang kucari selain kasur dan bantal demi merilekskan badan yang terasa kaku ini. Setelah pembicaraan kecil diiantara kami


8 Maret 2013

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 aku bergegas rapih dan memulai petualangan bersama adik sepupuku menuju kota pelajar untuk yang kesekian.
Seringkali aku mendapat pertanyaan tidak bosan?ada apa sich disana?mau ngapain?malioboro juga gitu gitu aja. 
Lugas kujawab barang bisa dibeli tapi suasana?aku memang mencintai kota ini sejak menginjakkan pertama kali sejak almarhun bapak dulu meracuniku dengan indahnya malioboro oghh...

Tepat adzan ashar kakiku melangkah dari titik 0 kilometer. Berfoto ria menjadi narsisme ku hihihi..ga mkin aku punya nyali sepede ini kalau harus berfoto di bunderan HI tapi di jogja entah rasa malu itu luntur.

Kakiku hendak menuju jl.Sosrokusuman mencari penginapan namun terhenti di depan Benteng Vredeburg,benteng yang indah menurutku. Dengan tiket masuk hanya seharga Rp.2.000 aku dan Fenny pun masuk berkeliling ke Benteng tersebut. Diorama sungguh mempesona hatiku perih jika mengingat bagaimana bisa anak muda saat ini lebih mencintai budaya luar padahal ribuan pejuang dulu bersatu melawan penjajah demi bangsa kita.

in front of Vredeburg


Jam terus bergerak dan aku  keluar 30menit sebelum benteng Vredeburg tutup. Entah  tingkat  kepercayaan diriku yang terlalu tinggi dan yakin kalau di Laras Hati losmen masih ada kamar  standar yang sesuai  budgetku.
Dan Laras Hati  pun berjodoh denganku dengan harga kamar standar Rp.90.000  saja aku segera  masuk  ke kamar. Meluruskan  kaki yang sedari tadi bergerak  terus.
Ba'da Maghrib hujan  pun turun namun hanya sesaat. Aku bersyukur akhirnya hujan  berhenti  dan aku segera keluar menuju halte transjoga  malioboro2 tujuanku adalah  Oseng Mercon Bu Narti

Oseng Mercon Bu Narti
Berdasarkan beberapa rekomendasi hasil gugling sepertinya oseng mercon bu narti ini cukup terkenal. Berada di jalan K.H. Ahmad Dahlan tak sulit menjumpai oseng yang rasanya cetar dimulut tp aman bagi lambung saya. Untuk menuju tempat ini bisa naik TransJogja 3A ataupun becak. Dan saya memilih naik transjogja dan turun di halte ahmad dahlan seharusnya. Berhubung ilmu gengsi dan sotoy lebih tinggi kamipun turun satu halte sesudahnya. Sang petugas pun sempat bertanya "mau kemana mbak?" kubalas dengan keliling aja pak...keliatan ya kita wisatawan...si bapakpun menjawab ya iya lah mbak...xixixixixi...


Akibat terlewat satu halte kamipun berjalan kaki cukup lumayan dan tak sabar menyantap si oseng mercon. Aku pesan satu oseng mercon dan ayam bakar. Walau kami berdua tapi kuurungkan  memesan dua porsi oseng mercon dan hasilnya kami hanya mampu menyantap setengah porsi oseng mercon karena rasa pedas yang cukup membuat kami huhahuha..
Cukup duapuluh dua ribu kami keluarkan dari kocek untuk seporsi oseng mercon nasi dan ayam bakar serta dua es teh manis.

Oseng Mercon Bu Narti
Perjalanan berlanjut menuju alun alun selatan.Melihat para wisatawan yang bermain masingan sudah menghibur kami berdua. Oh iya di alun-alun ini juga terdapat sepeda hias beraneka bentuk karena sudah pernah mencoba jadi kuputuskan untuk tidak bermain sepeda hias.

21.00 masih berjalan sepanjang Malioboro merasakan detak nafas menyatu dengan suasana yang tak bisa terucapkan oleh kata selain kusebut I Love Jogja.

Setelah puas berjalan sepanjang Malioboro pun kami beristirahat
Sepeda Hias Alun-alun selatan