Selasa, 23 Januari 2018

Aceh-Sabang Part 2: Hellow Iboih


Hari kedua kami di Sabang setelah puas bekeliling ke Pantai Sumur Tiga dan Benteng Jepang kami kembali berkemas. Kami segera menuju kawasan Pantai Iboih jaraknya kurang lebih 15Km. Sempat di guyur hujan beberapa kali tidak mematahkan semangat kami untuk lekas sampai di Pantai Iboih. Dalam sejarah jalan-jalan saya kayaknya ini paling santai kalau mood di datengin kalau gak mood ya ga didatengin.


Tepat pukul 12.00 kami tiba di Pantai Iboih sempat sedikit tersasar di Fina Bungalow 1 kami pun segera menemukan Fina Bungalow 2 kenapa pilih disini simple aja sih saya cuma pingin saat buka jendela ada hamparan air laut berwarna hijau tosca yang menyejukkan mata dan ternyata sesuai impian saya. Ada banyak penginapan di Pantai Iboih ini ada yang saya taksir banget cuma ratenya lumayan dan setiap mau keluar cottage dianter dengan boat dari si hotel ini repotlah, cucok meong untuk yang honeymoon eh tapi Babang Nico pun sempat menginap disana hmmm....





View Depan Bungalow



Fina Bungalow 2

Sempat jadi pertanyaan pihak Fina Bungalow saat saya minta twin bed apakah saya menginap dengan beda jenis kelamin saya pun mengiyakan tapi saya bilang saya pergi bersama adik saya dan merekapun menyatakan saya bisa menginap asalkan kami bisa menunjukkam identitas. Cukup ketat juga ya tapi buat saya ini peraturan yang saat baik. Sebagai antisipasi saya pun membawa fotocopy KK hihihi..


Twin Bed

Bathroom


































Setelah hampir 30 menit melewati hutan lindung yang cukup sepi kamipun sampai di Titik 0 KM Indonesia. Ada haru menyeruak dihati saya ada rasa bangga pada diri sendiri bisa menginjakkan kaki di Baratnya Indonesia pokoknya perasaan saya saat itu campur aduk bahagia,senang,terharu dan senyum mengembang makasih buat adek saya yang mau menjadi partner untuk sampai ke Titik 0 KM Indonesia ini.



Gerbang Titik 0 Km Indonesia





Brother Sister Journey di Kilometer 0 Indonesia Sabang


Saat kami datang, Tugu O Km ini  sedang dalam perbaikan, jadi kami hanya foto-foto dan sekalian duduk-duduk manis melihat dari kejauhan Pulau Rondo yang disebut-sebut sebenarnya sebagai Titik 0 Km Indonesia, tetapi karena keterbatasan akses maka Sabang yang di jadikan Titik 0 Km Indonesia. Ada beberapa pengunjung yang saya amati dari mulai anak muda orang tua dan anak-anak serta lansia pun hadir di Titik 0 KM ini. Kami sempat berkenalan untuk saling saling foto-foto. Alhamdulillah punya teman baru saat travelling.  Kami memutuskan pulang lebih cepat tidak jadi menikmati sunset di 17 Agustus 2018 karena saya yang penakut ini gak mau lewat hutan lindung malam-malam asli gelap kayaknya ngebayanginnya gak lucu juga sih kalau sampe ditabrak sm Bab* Hutan. Kami beruntung saja tidak ada monyet berkeliaran saat sedang foto-foto.


Sampai di penginapan hape yang sudah kembang kempis signal yg awut-awutan mendadak jam 10 malam blep mati listrik ulala akhirnya kami mengalami juga gelap-gelapan di Sabang. 2 Jam tanpa listrik dan handphone duh rasanya ga kebayang. Saat di Sabang berasa banget kami jadi anak rumahan. Jam 7 malam sudah di penginapan gak bisa ngeluyur kemana-mana tak ada pusat hiburan dan ngopi-ngopi mungkin ini saatnya berinteraksi dengan sesama traveller. Di Sabang ini orangnya ramah-ramah dan cukup terbuka  jadi so far asyik banget kok.


Pagi ini saya bangun lebih cepat menikmati sunrise dari depan penginapan. Ternyata saya bertemu dengan teman di Titik 0Km yang bernama  Andi pria kelahiran Klaten bermukim di Pematang Siantar ini ceritanya lagi bulan madu kesekian bersama sang istri setelah obrol-obrol ringan kami pun memutuskan untuk  share cost Snorkeling di Pulau Rubiah. Lumayan kan bisa menghemat di Sabang harganya seragam jadi kita nggak perlu khawatir untuk sewa peralatan snorkeling. Kami menyewa kepada Pak Rakhmat orangnya baik dan kalau kalian galau-galau curhatlah dengan beliau InsyaAllah ada pencerahan si Andi ini cerita kalau dia awal ke Sabang masih single dan udah janji sama Pak Rakhmat kalau punya Istri akan kembali ke Sabang eh kesampaian. Apa iya saya ikutan Andi nih uhuk...


Makanan mewah 

Karena Snorkeling baru bisa dilakukan selepas sholat jum'at kami pun lanjut ke Goa Sarang pagi itu jaraknya tidak terlampau jauh dari penginapan kami jadi kamipun santai saja. Yang saya suka dari jalanan di Sabang itu sepi dan lebar sekalipun siang itu terasa panas tapi cuaca cerah itu oke banget buat wara wiri.


Ada rasa was-was sih karena perahunya kecil banget saya pun harus mengikuti instruksi dari guide kami duduk di sebelah mana salah-salah bisa tenggelam. Tibalah kami di Pulau Rubiah perahu yang kami naiki hanya antar jemput saja karena memang saya mengambil paket snorkeling di Pulau Rubiah masih banyak sih paket yang lain. Setelah siap peralatan snorkeling satu persatu kami belajar nafas terlebih dahulu. Duh guide saya ini sabar banget sampe-sampe adek saya nyerah ga ikutan snorkeling karena ga lulus-lulus uji coba bernafasnya doi hobi banget minum air laut. Akhirnya dia main di pinggir-pinggir aja saya sih mulai menikmati ke tengah sekalipun masih berpegangan. dan ternyata seru banget ikannya banyak mungkin karena kami memberikan umpan. Belakangan saya baru tahu kalau sebaiknya tidak memberikan umpan makanan karena itu akan membuat ikan-ikan tidak berusaha mencari makanannya sendiri sehingga akan ada mata rantai makanan yang terputus.


Guide kami menawarkan jasa foto didalam air, tau-tau adik saya udah muncul aja di sebelah saya wowwww kemajuan pesat dia berani sampai ke tengah dan akhirnya kami cekrek-cekrek bareng di dalam air sekalipun ga ada pose-pose manis dari saya. Saya nyaris lupa gimana caranya tahan nafas di dalam air panik terus but bersyukur saja sih ya secara adik saya kena jambakan saya beberapa kali.



Kami mengakhiri Snorkeling sekitar pukul 17.30 sebenarnya kurang banget sih habis mau bagaimana lagi di Sabang itu peraturan melaut di hari Jum'at baru diperbolehkan sekitar jam 2 siang selepas Sholat Jum'at tapi tenang aja jam 6 di Sabang itu masih terang banget karena Adzan Maghribnya sekitar pukul 19.00. Jadi jangan sampai salah membuat itinerary ya.



"Mbak, kapal itu baru ada lagi jam setengah 2 siang, sekarang baru pukul sepuluh apa mbak yakin mau ke Pelabuhan?" kalimat si babang bentor membuat saya sedikit berkerut-kerut duh salah baca jadwal apa ya pak saya? Lalu dia berkata iya mbak yang lebih updet kan kami yang disini. Disitu saya merasa apes yang kesekian kali setelah tragedi air mati di pagi hari tadi, air di hotel yang mendadak mati disaat saya ingin buang hajat, masih ditambah bangun yang kesiangan membuat kami jadi duduk-duduk manis di Pelabuhan Balohan selama 3 jam. Mulailah muncul ego-ego kecil dalam perjalanan Brother Sister ini.